LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOKIMIA
“IDENTIFIKASI PROTEIN DAN ASAM AMINO”
“IDENTIFIKASI PROTEIN DAN ASAM AMINO”
OLEH
Nama : Asima Rohana Sinaga
NPM : EG011008
Program Studi : Teknologi Industri Pertanian
Kelompok : II (dua)
Hari/jam : Jum’at/14.00 WIB
Tanggal : 23 November 2012
Nama Asisten : 1.Meiddi Rahmanto
2.Sukriyanto
DOSEN : Dra. Devi Silsia, M.Si
Objek Praktikum : IDENTIFIKASI PROTEIN DAN ASAM AMINO
LABORATORIUM
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
DAFTAR
ISI
Halaman Judul ................................................................................................ i
Daftar isi .......................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 1
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 2-8
BAB
III METODOLOGI ............................................................................. 9-12
3.1 Alat dan Bahan........................................................................................... 9-10
3.2 Prosedur Percobaan.................................................................................... 10-12
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 13-16
4.1 Hasil Pengamatan....................................................................................... 13-14
4.2 Pembahasan................................................................................................ 15-16
BAB
V PENUTUP......................................................................................... 17
5.1 Kesimpulan................................................................................................. 17
5.2 Saran........................................................................................................... 17
Jawaban Pertanyaan ........................................................................................ 18-20
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 21
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Asam amino adalah komponen utama
protein, yang ditemukan dalam semua organisme hidup dan memainkan peranan dalam
sel hidup. Zat ini dibutuhkan untuk perturnbuhan normal anak-anak dan bagi
orang-orang dewasa asam amino dibutuhkan untuk menjaga kesehatan. Tubuh dapat
mensintesis beberapa asam amino, tetapi tidak semua. Ada 8 sampai 10 asam amino
esensial yang harus ada dalam makanan. Asam-asam amino ini tidak dapat
disintesis oleh tubuh sehingga harus tersedia dalam makanan.
Protein sangatlah dibutuhkan oleh tubuh kita ,karena protein berfungsi
sebagai salah satu sumber energi yang dibutuh kan tubuh.selain itu pula protein
juga berperan dalam sintesis hormon dan pembentukan enzim dan antibodi.Protein juga dibutuhkan bagi tubuh dalam jumlah yang besar sehngga bila kita
kekurangan protein akan mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh kita.
Maka dari
itu dalam laporan ini akan dibahas mengenai identifikasi protein dan asam amino
yang meliputi reaksi-reaksi warna yang terjadi, ada atau tidaknya unsur N dalam
suatu sampel yang akan digunakan serta mengenai denaturasi protein itu sendiri.
1.2 Tujuan
Untuk melakukan analisis dan
identifikasi protein dan asam amino.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kata protein sebenarnya berasal dari kata Yunani yang berarti pertama yang paling
penting, asal dari kata protos.
Protein terdiri dari bermacam-macam golongan makromolekul heterogen. Walaupun
demikian semuanya merupakan turunan dari polipeptida dengan berat molekul yang
tinggi, secara kimia dapat dibedakan antara protein sederhana yang terdiri dari
polipeptida dengan berat molekkul yang tinggi.
Secara kimia
dapat dibedakan antara protein sederhana yang terdiri dari polipeptida dan
protein kompleks yang mengandung zat-zat makanan tambahan seperti hern,
karbohidrat, lipid atau asam nukleat. Untuk protein kompleks, bagian
polipeptida dinamakan aproprotein dan keseluruhannya dinamakan haloprotein.
Secara fungsional protein juga menunjukkan banyak perbedaan. Dalam sel mereka
berfungsi sebagai enzim, bahan bangunan, pelumas dan molekul pengemban. Tapi
sebenarnya protein merupakan polimer alam yang tersusun dari berbagai asam
amino melalui ikatan peptida (Hart, 1987).
Protein
adalah suatu senyawa organik yang mempunyai berat molekul besar antara ribuan
hingga jutaan satuan(g/mol). Protein tersusun dari atom-atom C,H,O dan N
ditambah beberapa unsur lainnya seperti P dan S. Atom-atom itu membentuk
unit-unit asam amino. Urutan asam amino dalam protein maupun hubungan antara
asam amino satu dengan yang lain, menentukan sifat biologis suatu protein.
(Girinda, 1990).
Protein
adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N yang tidak dimiliki
oleh lemak dan karbohidrat. Molekul protein mengandung gula terpor belerang,
dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga.
(Winarnno, 1997).
Kunci ribuan
protein yang berbeda strukturnya adalah gugus pada molekul unit pembangunan
protein yang relatif sederhana dibangun dari rangkaian dasar yang sama, dari 20
asam amino mempunyai rantai samping yang khusus, yang berikatan kovalen dalam
urutan yang khas. Karena masing-masing asam amino mempunyai rantai samping yang
khusus yang memberikan sifat kimia masing-masing individu, kelompok 20 unit
pembangunan ini dapat dianggap sebagai abjad struktur protein. (Lehninger,
1996).
Fungsi Protein
·
Sebagai Enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau di bantu oleh suatu senyawa
makromolekul spesifik yang disebut enzim, dari reaksi yang sangat sederhana seperti
reaksi transportasi karbondioksida yang sangat rumit seperti replikasi
kromosom. Protein besar peranannya terhadap perubahab-perubahan kimia dalam
system biologis.
·
Alat Pengangkut dan Penyimpanan
Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau
dipindahkan oleh protein-protein tertentu. Misalnya hemoglobin mengangkut
oksigen dalam eritrosit, sedangkan mioglobin mengangkut oksigen dalam otot.
·
Pengatur Pergerakan
Protein merupakan komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena adanya
dua molekul protein yang saling bergeseran.
·
Penunjang Mekanik
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebebkan adanya kolagen,
suatu protein berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut
·
Pertahanan Tubuh atau Imunisasi
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibody, yaitu suatu protein khusus
yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke
dalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel-sel asing lain.
·
Media Perambatan Impuls Saraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya
rodopsin, suatu protein yang bertindak sebagai reseptor penerima warna atau
cahaya pada sel-sel mata
·
Pengendalian Pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat
mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan.
(Lehninger, 1996)
Sifat-Sifat Fisikokimia Protein
·
Sifat
fisikokimia setiap protein tidak sama, tergantung pada jumlah dan jenis asam aminonnya
·
Berat
molekul protein sangat besar
·
Ada protein
yang larut dalam air, ada pula yang tidak larut dalam air, tetapi semua protein
tidak larut dalam pelarut lemak
·
Bila dalam
suatu larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein akan berkurang,
akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa pemisahan protein
ini disebut salting out
·
Apabila
protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol maka protein akan menggumpal
·
Protein
dapat bereaksi dengan asam dan basa
Struktur Protein
Struktur
protein distabilkan oleh 2 macam ikatan yang kuat (peptida dan sulfida) dan dua
macam ikatan yang lemah(hidrogen dan hidrofobik). Ikatan peptida adalah
struktur primer protein yang berasal dari gabungan asam amino L-alfa oleh
ikatan alfa-peptida. Bukti utama untuk ikatan peptida sebagai ikatan struktur
primer dituliskan sebagai berikut:
a. Protease adalah enzim yang
menghidrolisis protein, menghaslkan polipeptida sebagai produknya. Enzim ini
juga menghidrolisis ikatan peptida protein.
b. Spektrum inframerah protein menunjukkan adanya banyak ikatan peptida
b. Spektrum inframerah protein menunjukkan adanya banyak ikatan peptida
c. Dua protein, insulin dan
ribonuklease telah disintesis hanya dengan menggabungkan asam-asam amino dengan
ikatan peptida.
d. Protein mempunyai sedikit gugus
karboksil dan gugus amina yang dapat dititrasi.
e. Protein dan polipeptida sintetik
bereaksi dengan pereaksi biuret, membentuk warna merah lembayung. Reaksi ini
spesifik untuk 2 ikatan peptida atau lebih.
f. Penyediaan difraksi sinar X pada
tingkat kekuatan pisah 0,2mm telah menyajikan identifikasi ikatan peptida pada
protein mioglobin dan hemoglobin. (Winarno, 1997)
Uji Biuret
Pada uji
biuret, ketika beberapa tetes larutan CuSO4 yang sangat encer ditambahkan pada
alkali kuat dari peptida atau protein dihasilkan
warna ungu, adalah test yang umum untuk protein dan diberikan oleh peptida yang
berisi dua atau lebih rantai peptida. Biuret dibentuk dengan pemanasan urea dan
mempunyai struktur mirip dengan struktur peptida dari protein(Routh, 1969)
Uji Millon
Uji Millon yang menggunakan pereaksi Milon adalah larutan merkuro dan
merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan
protein maka akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah
oleh pemanasan. Pada dasarnya rekasi ini positif untuk fenol karena
terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksil yang berwarna. Tetapi
khusus untuk proteoso dan pepton secara langsung akan menghasilkan larutan yang
berwarna merah. Endapan yang terbentuk berupa garam kompleks dari tirosin yang
ternitrasi. Jika larutan protein yang akan dianalisis ada dalam suasana basa,
maka terlebih dahulu harus dinetralisasi dengan asam (bukan HCl). Jika tidak
ion merkuri dari pereaksi akan mengendap sebagai Hg(OH)2. Ion Cl-
dapat bereaksi dengan asam nitrat menghasilkan radikal klor (Cl2).
Radikal klor dapat merusak kompleks berwarna.
Uji Nihidrin
Uji Ninhidrin terjadi apabila ninhidrin dipanaskan bersama asam amino maka
akan terbentuk kompleks berwarna. Asam amino dapat ditentukan secara kuntitatif
dengan jalan menggunakan intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan
konsentrasi asam amino tersebut. Pada reaksi ini dilepaskan CO2 dan
NH4 sehingga asam amino dapat ditentukan secara kuantitatif dengan
mengukur jumlah CO2 dan NH3 yang dilepaskan. Prolin dan
hidroksi prolin menghasilkan warna kompleks yang berbeda warnanya dengan asam
amino lainnya. Kompleks berwarna yang terbentuk mengandung dua molekul
ninhidrin yang bereaksi dengan ammonia yang dilepaskan pada oksidasi asam
amino. Hasil uji positif pada uji ninhidrin diberikan pada asam amino yang
mengandung asam α-amino dan peptida yang memiliki gugus α-amino yang bebas.
Uji
Xanthoprotein
Uji
xantoprotein dapat digunakan untuk menguji atau mengidentifikasi adanya senyawa
protein karena uji xantoprotein dapat menunjukan adanya senyawa asam
amino yang memiliki cincin benzene seperti fenilalanin, tirosin, dan tripofan.
Langkah pengujianya adalah larutan yang diduga mengandung senyawa protein
ditambahkan larutan asam nitrat pekat sehingga terbentuk endapan berwarna
putih. Apabila larutan tersebut mengandung protein maka endapat putih tersebut
apabila di[anaskan akan berubah menjadi warna kuning.
Uji Pengendapan dengan Logam
Pada pH di atas titik isoelektrik protein bermuatan negative, sedangkan di
bawah titik isoelektrik protein bermuatan positif. Olehkarena itu untuk
mengendapkan protein dengan ion logam diperlukan pH larutan di atas titik
isoelektrik, sedangkan untuk pengendapan protein dengan ion negative memerlukan
pH larutan di bawah titik isoelektrik. Ion- ion positif yang dapat mengendapkan
protein adalah Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+,Pb2+,Cu2+,Fe2+.
Sedangkan ion-ion negative yang dapat mengendapkan protein adalah ion salisilat,
trikloroasetat, pikrat, tanat dan sulfosalisilat(Riawan, 1990)
Uji Pengendapan dengan Garam
Pembentukan senyawa tak larut antara protein dengan ammonium sulfat.
Apabila terdapat garam-garam anorganik dalam konsentrasi tinggi dalam larutan
protein(albumin dan gelatin), maka kelarutan protein akan berkurang sehingga
terjadi pengendapan protein. Teori menyebutkan bahwa sifat tersebut terjadi
karena ion garam mampu mengikat air(terhidrasi) sehingga berkompetisi dengan
molekul protein dalam mengikat air.
Uji Pengendapan dengan Alkohol
Protein dapat diendapkan dengan penambahan alkohol. Pelarut organic dapat
merubah atau mengurangi konstanta dielektrika dari air sehingga kelarutan
protein berkurang, dan karena juga alkohol berkompetisi dengan protein terhadap
air.
Uji Koagulasi
Protein dengan penambahan asam atau pemanasan akan terjadi koagulasi. Pada
pH iso-elektrik ( pH pada larutan tertentu biasanya sekitar 4-4,5 dimana
protein mempunyai muatan positiof dan muatan negative sama, sehingga saling
menetralkan) kelarutan protein sangat menurun atau mengendap. Pada temperature
diatas 60 kelrutan akan berkurang (koagulasi)
karena pada temperature yang tinggi energy kinetic protein meningkat sehingga
terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan atau struktur sekunder,
tersier dan kuarterner koagulasi.
Uji Denaturasi Protein
Denaturasi
protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh terkacaunya
ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang memutuskan molekul protein.
Akibat dari suatu denaturasi adalah hilangnya banyak sifat-sifat biologis suatu
protein(Fessenden, 1989).
Salah satu penyebab denaturasi
protein adalah perubahan temperatur, dan juga perubahan pH. Faktor-faktor lain
yang dapat menyebabkan denaturasi adalah detergent, radiasi zat pengoksidasi
atau pereduksi, dan perubahan jenis pelarut. Denaturasi dapat bersifat reversibel, jika suatu protein hanya
dikenai kondisi denaturasi yang lembut seperti perubahan pH. Jika protein
dikembangkan kelingkungan alamnya, hal ini untuk memperoleh kembali struktur
lebih tingginya yang alamiah dalam suatu proses yang disebut denaturasi.
Denaturasi umumnya sangat lambat atau tidak terjadi sama sekali(Fessenden,
1989).
Denaturasi protein juga dapat diartikan suatu proses terpecahnya ikatan
hydrogen, ikatan garam atau bila susuna
ruang atau rantai polipeptida suatu molekul protein berubah. Dengan
perkataan lain denaturasi adalah terjadi kerusakan struktur primer, sekunder,
tersier dan struktur kuarterner, tetapi struktur primer (ikatan peptida) masih
utuh.
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur
primer (tingkat I), sekunder (tingklat II), tersier (tingkat III), dan
kuarterner (tingkat IV).
Struktur Primer Protein
Protein yang
dibentuk dengan asama amino tergabung dalam ikatan polipeptida. Setiap
asam amino terhubung dengan asam amino lainnya dalam ikatan peptida yang
terbentuk karena adanya reaksi kondensasi gugus karboksil pada setiap
masing-masing asam amino.
Struktur
Asam amino primer
Pada ujung
dari rangkaian polipeptida yang terbentuk mempunyai sifat kimia yang berbeda:
satu ujung mempunyai gugus amino bebas (N atau amino, NH2-) disisi satunya,
sedangkan mempunyai gugus karboksil bebas (ujung C atau karboksil, COOH-) pada
ujung satunya. Oleh karena itu, arah polipeptida dan dituliskan baik N→C (kiri
ke kanan) maupun C →N (kanan ke kiri).
Struktur
Sekunder Protein
Pada
struktur sekunder, rangkaian polipeptida memiliki konformasi yang berbeda.
Bersifat reguler dan memiliki pola lipatan berulang dari rangka protein. Dua
tipe umum struktur protein sekunder yaitu α-heliks dan β-sheet. Keduanya
terbentuk karena ikatan hidrogen yang terjadi antara asam amino yang berbeda
pada polipeptida.
Struktur
Tersier
Struktur
polipeptida yang terjadi dari lipatan komponen struktur sekunder polipeptida
yang membentuk konfigurasi tiga dimensi. Bermacam-macam gaya ikatan hidrogen
antar asam amino yang terjadi pada rangkaian polipeptida inilah maka disebur
struktur tersier. Disertai gaya hidrofobik rangkaian ini menempatkannya (asam
amino gugus non-polar) dibagian dalam protein dengan tujuan melindunginya dari
air. Selain ikatan hidrogen, terdapat juga ikatan kovalen yang disebut juga
sebagai jembatan disulfide antara asam amino sistein di berbagai macam posisi
pada rangkaian polipeptida.
Struktur
Kuartener Protein
Asosiasi
yang terjadi antara dua atau lebih rangkaian polipeptida, dimana masing-masing
terlipat menjadi struktur tersier, menjadi protein multisubunit. Tidak semua
protein membentuk struktur kuaternair. Antara rangkian polipeptida yang berbeda
struktur protein terikat dengan jembatan disulfide. Sedangkan pada protein yang
terdiri dari asosiasi subunit yang lebih lemah akan dihubungkan dengan ikatan
hidrogen dan efek hidrofobik. Protein ini dapat kembali pada komponen polipeptidanya,
atau berubah komposisi subunitnya tergantung pada kebutuhan fungsinya.
Singkatnya, struktur kuartener menggambarkan subunit-subunit yang berbeda dipak
bersama-sama membentuk struktur protein.
(Wibowo, luqman, 2009)
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan :
·
Tabung reaksi
·
Penjepit tabung reaksi
·
Gelas ukur 50 ml/100 ml
·
Pipet ukur 10 ml pakai pengisap
·
Gelas piala 50 ml
·
Spatel
·
Timbangan analitik
·
Sikat tabung reaksi
·
Batang pengaduk kaca
·
Corong 0,5 cm
·
Rak tabung reaksi
·
Gelas ukur 25 ml
·
Pipet ukur 5 ml pakai pengisap
·
Penangas air
·
Lumpang
·
Spatula
·
Botol semprot
·
Pipet tetes
Bahan
yang digunakan :
·
Hg-Nitrat (Hg2(NO3)2)
·
Asam Nitrat (HNO3)
·
Fenol (C6H5-OH)
·
Urea (CO(NH2)2)
·
Amonium Sulfat (NH4)2SO4)
·
Hg-Khlorida (Hg2Cl2)
·
Asam klorida (HCl)
·
Asam Pikrat
·
Hg-Nitrit (Hg2(NO2)2)
·
Natrium Hidroksida (NaOH)
·
Kupri Sulfat (CuSO4)
·
Kertas Lakmus
·
Pb. Asetat (CH3COO)2Pb)
·
Perak Nitrat (AgNO3)
·
Buffer Asetat
·
Asam trikhor asetat
3.2
Prosedur Kerja
3.2.1
PERCOBAAN I : UJI ADANYA UNSUR N PADA PROTEIN
·
Nitrogen akan mereaksi dengan NaOH
membentuk senyawa amonia yang bersifat basa.
·
Masukkan sedikit bahan /sampel /contoh
/cuplikan kedalam tabung reaksi dan tambahkan kristal NaOH sebanyak dua kali
jumlah bahan.
·
Panaskan hati-hati dan perhatikan bau
yang menyebar atau reaksi uapnya pada kertas lakmus merah yang dibasahi air.
3.2.2
PERCOBAAN II : UJI BIURET
·
Masukkan 3 ml larutan protein
(konsentrasi 2
) ke dalam tabung reaksi.
·
Tambahkan 1 ml NaOH 40%.
·
Tambahkan setetes demi setetes larutan
0,5 % CuSO4 sehingga terjadi warna merah muda atau ungu.
·
Selanjutnya pada tabung reaksi yang lain,
panaskan sedikit urea di dalam tabung reaksi di atas api kecil hingga cair dan
mendidih (hati-hati jangan sampai menjadi arang).
·
Tambahkan 1 ml NaOH 40%.
·
Tambahkan setetes demi setetes larutan
0,5 % CuSO4 amati apa yang terjadi.
3.2.3
PERCOBAAN III : UJI XANTHOPROTEIN
·
Masukkan 3 ml larutan protein
(konsentrasi 2 %) ke dalam tabung reaksi.
·
Tambahkan 1 ml HNO3 pekat.
·
Panaskan campuran sampai larutan menjadi
kuning tua hati-hati jangan sampai terhirup uap /asap saat proses pemanasan.
·
Dinginkan tabung dengan kran air
mengalir.
·
Tambahkan amonia hingga warnanya berubah
menjadi jingga, atau tambahkan setetes demi setetes larutan NaOH pekat sampai
larutan dalam tabung menjadi basa (uji dengan lakmus merah) dan amati perubahan
warna yang terjadi.
Catatan :
·
Beberapa senyawa benzena juga memeberi
reaksi yang positiif.
·
Lakukan uji xanthoprotein ini dengan
larutan fenol 2 %.
3.2.4
PERCOBAAN IV : UJI MILLON
·
Masukkan 2 ml larutan protein
(konsentrasi 2 %) kedalam tabung reaksi.
·
Tambahkan 1 ml pereaksi merkurisulfat (1
% HgSo4) dilarutkan dalam 10% asam sulfat).
·
Panaskan campuran ini, mungkin terbentuk
endapan kuning.
·
Dinginkan tabung dengan air mengalir.
·
Tambahkan 1 tetes larutan NaNO2 1%.
·
Panaskan lagi, endapan atau larutannya
akan menjadi merah.
3.2.5
PERCOBAAN V : UJI NIHIDRIN
·
Atau pH larutan protein sampai 0,5 %
sampai pH 7.
·
Ambil 1 ml larutan protein tersebut
(dalam tabung reaksi), tambahkan 10 tetes larutan nihidrin 0,2 %.
·
Panaskan pada suhu 100
selama 10 menit
·
Amati perubahan yang terjadi.
3.2.6
PERCOBAAN VI : PENGENDAPAN PROTEIN
3.2.6.1
Pengendapan Amonium Sulfat
·
Ambil 3-4 ml larutan protein ke dalam
tabung reaksi.
·
Tambahkan 3-4 ml larutan jenuh amonium
sulfat, kocok tabung ini pelan-pelan, larutan protein menjadi keruh.
·
Pindahkan 1 ml larutan protein keruh
tersebut ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 2-3 ml aquades.
·
Kocok, akan diperoleh larutan jernih
kembali (endapan larut).
3.2.6.2
Pengendapan dengan Mineral Pekat
·
Siapkan dua buah tabung reaksi,
masing-masing masukkan 1 ml HNO3 pekat dan 1 ml HCl pekat.
·
Miringkan tabung-tabung tersebut dan
tambahkan 1-1,5 ml larutan protein setetes demi setetes lewat dinding tabung.
·
Tegakkan kembali tabung tersebut dan
diamkan sejenak diperoleh cincin putih sebagai endapan protein.
·
Kocok tabung reaksi kembali dan tambahkan
kembali asam-asam tersebut.
·
Pada tabung asam nitrat (HNO3) diperoleh
endapan yang lebih banyak sedang asam klorida diperoleh larutan jernih endapan
larut pada asam klorida (HCl) berlebihan.
3.2.7
PERCOBAAN VII : DENATURASI, FLOKASI, DAN KOAGULASI
·
Tuangkan 3 ml bahan / sampel kedalam
tabung reaksi.
·
Panaskan sampai mendidih selama beberapa
menit (dengan api kecil).
·
Amati dan jelaskan apa yang terjadi.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Tabel
1.1 Hasil pengamatan unsur N pada protein
No
|
Bahan
/sampel
|
Parameter
Analisa
|
|
bau
|
Warna
Lakmus
|
||
1
|
Kacang Hijau
|
|
Biru
|
2
|
Putih Telur
|
|
Biru
|
3
|
Kaldu
|
|
Biru
|
4
|
Susu
|
-
|
Merah
|
5
|
Susu kedelai
|
|
Biru
|
Tabel
1.2 Hasil pengamatan uji warna
No
|
Bahan/sampel
|
Uji
Warna
|
|||
Biuret
|
Xanthoprotein
|
Millon
|
Nihidrin
|
||
1
|
Kacang Hijau
|
Biru
|
Jingga
|
Kuning
|
Kuning tetap
|
2
|
Putih Telur
|
Ungu
|
Jingga
|
Merah
|
Ungu pekat
|
3
|
Kaldu
|
Biru
|
Bening kuning
|
Putih
|
Coklat kehitaman
|
4
|
Susu
|
Ungu
|
Jingga pekat
|
Merah
|
Ungu pekat
|
5
|
Susu Kedelai
|
ungu
|
jingga
|
Merah
|
Ungu kebiruan
|
Tabel
1.3 Hasil pengamatan pengendapan dan denaturasi protein
No
|
Bahan
/sampel
|
Parameter
Analisa
|
|
Amonium Sulfat
|
Mineral
Pekat
|
||
1
|
Kacang hijau
|
Agak keruh (endapan
larut)
|
-
|
2
|
Putih telur
|
Keruh menjadi bening
(endapan larut)
|
-
|
3
|
Kaldu
|
Puti beku hingga
menjadi putih (endapan larut)
|
-
|
4
|
Susu
|
Agak keruh (endapan
larut)
|
·
1 ml HNO3 (endapan)
·
2 ml HNO3 (endapan)
·
1 ml HCl (endapan)
·
2 ml HCl (tidak ada endapan)
|
5
|
Susu kedelai
|
Keruh menjadi agak
keruh (endapan larut)
|
·
1 ml HNO3 (tidak ada endapan)
·
1 ml HCl (tidak ada endapan)
·
2 ml HNO3 (tidak ada endapan)
·
2 ml HCl (tidak ada endapan)
|
4.2
Pembahasan
Dalam
percobaan uji adanya unsur N pada protein dengan sampel kacang hijau, putih
telur, kaldu, susu, dan susu kedelai yang diamati adalah bau dam warna yang
terbentuk jika dilakukan dengan kertas lakmus. Pada sampel kacang hijau
terdapat bau dan warna kertas lakmus yang terbentuk adalah biru yang berarti
sampel tersebut bersifat basa.
Sedangkan
dalam percobaan uji warna protein yaitu uji biuret dimana jika sampel tersebut
berwarna ungu berarti sampel tersebut positif terhadap ujiwarna biuret
menunjukkan adanya protein didalam sampel tersebut. Pada sampel kacang hijau
dan kaldu diperoleh warna biru, mungkin agak tidak sesuai dengan teori yang
dihasilkan, hal tersebut mungkin disebabkan oleh ketidaktelitian dalam
melakukan uji warna biuret tersebut. Untuk sampel putih telur, susu, dan susu
kedelai warna yang diperoleh adalah ungu sesuai dengan teori yang telah ada
bahwa didalam sampel tersebut mengandung unsur protein.
Uji
xanthoprotein dapat digunakan untuk menguji atau mengidentifikasi adanya
senyawa protein karena uji xantoprotein dapat menunjukan adanya senyawa
asam amino apabila larutan tersebut mengandung protein maka endapat putih
tersebut apabila dipanaskan akan berubah menjadi warna kuning atau jingga.
Dalam sampel kacang hijau, putih telur, susu dan susu kedelai diperoleh warna
jingga, sedangkan pada sampel kaldu dihasilkan warna bening kuning dimana hal
tersebut masih menunjukkan adanya protein dalam sampel tersebut sesuai dengan
teori yang ada pada uji warna xanthoprotein.
Uji Millon yang menggunakan pereaksi Milon adalah larutan merkuro dan
merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan
protein maka akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah
oleh pemanasan. Pada sampel kaldu dihasilkan warna putih. Sampel
kacang hijau dihasilkan warna kuning, sedangkan untuk sampel putih telur, susu,
dan susu kedelai dihasilkan warna merah. Dimana hal tersebut diatas menunjukkan
bahwa dengan uji warna millon didalam sampel tersebut terdapat unsur protein.
Kecuali pada sampel kacang hijau yang mungkin terjadi kekeliruan dalam
percobaannya.
Sedangkan
untuk uji Ninhidrin terjadi apabila
ninhidrin dipanaskan bersama asam amino maka akan terbentuk kompleks berwarna. Dalam uji
warna ini akan terbentuk warna biru atau ungu. Untuk sampel kacang hijau
diperoleh warna kuning dan sampel kaldu diperoleh warna kaldu, dimana hal
tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada mungkin dikarenakan adanya kurang
ketelitian dalam melakukan percobaan. Sedangkan untuk sampel putih telur, susu,
susu kedelai diperoleh warna ungu sudah pasti telah menunjukkan adanya protein
dalam sampel tersebut.
Selanjutnya
adalah percobaan mengenai pengendapan protein, dimana pada praktikum kali ini
pengendapan yang dilakukan adalah pengendapan dengan amonium sulfat dan
pengendapan dengan mineral pekat. Dalam pemgendapan dengan amonium sulfat pada
semua sampel yang diuji menunjukkan adanya pengendapan larut. Hal tersebut
menunjukkan bahwa suatu protein dapat diendapkan. Sedangkan untuk pengendapan
dengan mineral pekat hanya dilakukan pada sampel susu dan susu kedelai. Dimana
pada sampel susu jika dengan 1 ml HNO3 telah terjadi endapan. Untuk sampel
kedelai pada percobaan kedua yaitu dengan 2 ml HCl baru terjadi pengendapan.
Sesuai dengan teori bahwa pengendapan protein terjadi dikarenakan adanya gugus
fungsional dan bentuk ion ganda (switzer ion) yang terdapat pada sruktur
protein yang telah dicampurkan sebelumnya.
BAB
V
PENUTUP
6.1
Kesimpulan
·
Dalam melakukan analisis dan
identifikasi protein dapat dilakukan dengan cara uji warna dan dengan melihat
adanya endapan protein serta denaturasi dari protein tersebut.
·
Dalam uji warna protein dan asam amino
dilakukan dengan uji biuret (ungu), uji nihidrin(biru atau ungu), uji millon
(merah) dan uji xanthoprotein (kuning).
·
Didalam protein mengandung adanya unsur
N.
·
Protein juga dapat mengalami denaturasi
yang disebabkan oleh tekanan tinggi, bahan kimiawi, penyinaran oleh sinar x dan
ultraviolet serta pemanasan.
·
Protein dan asam amino juga dapan
terjadi pengendapan bila direaksikan dengan amonium sulfat, asam mineral pekat,
dan logam berat.
6.2
Saran
·
Dalam proses percobaan sebaiknya
praktikan diharapkan dapat menjaga ketertiban didalam ruangan praktikum agar
praktikum yang dilaksanakan dengan baik.
·
Sebaiknya alat-alat yang ada
dilaboratorium, lebih dilengkapi lagi. Seperti alat penangas, sehingga tidak
perlu mengantri terlalu lama dalam melakukan pemanasan.
JAWABAN
PERTANYAAN
1. Jelaskan
apa yang dimaksud dengan :
a.
asam amino alfa :
Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α).
Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α).
b.
Protein :
protein merupakan komponenen utama semua sel hidup yang berfungsi sebgai pembentuk struktur sel yang menghasilkan hormon, enzim dam lain-lain.
protein merupakan komponenen utama semua sel hidup yang berfungsi sebgai pembentuk struktur sel yang menghasilkan hormon, enzim dam lain-lain.
Protein sederhana :
adalah protein yang hanya terdiri dari polipeptida saja.
adalah protein yang hanya terdiri dari polipeptida saja.
c. Gugus
fungsional :
Gugus fungsional (istilah dalam kimia organik) adalah kelompok gugus khusus pada atom dalam molekul, yang berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia pada molekul tersebut. Senyawa yang bergugus fungsional sama memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip.
Gugus fungsional (istilah dalam kimia organik) adalah kelompok gugus khusus pada atom dalam molekul, yang berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia pada molekul tersebut. Senyawa yang bergugus fungsional sama memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip.
d.
Polipeptida :
Polipeptida merupakan rangkaian asam amino . Polipeptida dibentuk menjadi protein structural dan fungsional sel.
Polipeptida merupakan rangkaian asam amino . Polipeptida dibentuk menjadi protein structural dan fungsional sel.
e.
Ikatan Peptida :
Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon pada gugus karboksil suatu molekul berbagi elektron dengan atom nitrogen pada gugus amina molekul lainnya. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kondensasi, hal ini ditandai dengan lepasnya molekul air ketika reaksi berlangsung. Hasil dari ikatan ini merupakan ikatan CO-NH, dan menghasilkan molekul yang disebut amida. Ikatan peptida ini dapat menyerap panjang gelombang 190-230 nm.
Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon pada gugus karboksil suatu molekul berbagi elektron dengan atom nitrogen pada gugus amina molekul lainnya. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kondensasi, hal ini ditandai dengan lepasnya molekul air ketika reaksi berlangsung. Hasil dari ikatan ini merupakan ikatan CO-NH, dan menghasilkan molekul yang disebut amida. Ikatan peptida ini dapat menyerap panjang gelombang 190-230 nm.
Protein Majemuk :
protein majemuk adalah protein yang mengandung zat-zat makanan tambahan seperti hern, karbohidrat, lipid atau asam nukleat.
protein majemuk adalah protein yang mengandung zat-zat makanan tambahan seperti hern, karbohidrat, lipid atau asam nukleat.
2. Apakah
protein globular itu? Faktor apakah yang mempengaruhi bentuk dan kelarutannya,
mengapa pula protein ini arut dalam air ?
Protein yang ditandai dengan rantai polipeptida yang berlipat dan melingkar membentuk globular padat
dan kompak, dengan aksio rasial < 10, yaitu 3 – 4. Faktor yang mempengaruhi bentuk dan
kelarutannya serta takut dalam air adalah rantai polipeptida berlipat dengan
gugus R polar pada sebelah luar dan gugus R hidrofob pada sebelah dalam molekul
protein.
3.
Bagaimana sruktur protein serabut :
protein yang rantai polipeptidanya memanjang membentuk seperti serat dan
saling melilit pada satu sumbu dengan rasio aksial > 10 . strukturnya adalah membentuk memanjang.
4.
Uraikan
perbedaan antara turunan protein primer dengan turunan protein sekunder :
turunan protein primer berkaitan dengan identitas, jumlah relatif, dan
rangkaian urutan asam amino yang ada dalam rantai polipeptida. Sedangkan
turunan protein sekunder adalah berkaitan dengan kemampuan tulang punggung
rantai polipeptida yang distabilkan oleh ikatan hidrogen.
5.
Uji warna
apakah yang kira-kira dapat menunjukkan telah terjadinya suatu hidrolisis
sempurna protein :
uji biuret dan uji
xanthoprotein.
6.
Sebutkan asam-asam
amino yang memiliki :
cincin benzen : Trytophan
dan phenylalanin.
gugus hidroksil : Serine, Threonine, Tyrosine, Glutamine
gugus guanidium :
gugus indol :
gugus hidroksil : Serine, Threonine, Tyrosine, Glutamine
gugus guanidium :
gugus indol :
7. Mengapa kulit kita akan berwarna kuning bila terkena
asam nitrat ? terangkan?
Asam Nitrat, yang dikenal juga
dengan Aqua Fortis merupakan Zat yang Sangat Korosif dan merupakan Asam Yang
sangat Beracun.
8. Coba
terangkan apakah yang dimaksud dengan denaturasi protein itu ? dan faktor penyebabnya?
Denaturasi protein adalah suatu
keadaan telah terjadinya perubahan struktur protein yang mencakup perubahan
bentuk dan lipatan molekul, tanpa menyebabkan pemutusan atau kerusakan lipatan
antar asam amino dan struktur primer protein.
faktor penyebabnya adalah tekanan yang tinggi, bahan kimiawi, penyinaran oleh sinar x dan ultra violet, serta pemanasan.
faktor penyebabnya adalah tekanan yang tinggi, bahan kimiawi, penyinaran oleh sinar x dan ultra violet, serta pemanasan.
9. Putih telur
dan susu sering digunakan sebagai zat penawar pada keracunan logam berat
jelaskan?
karena didalam susu maupun protein
terdapat zat penetral jika ada bahan yang tidak diinginkan oleh tubuh masuk
kedalam tubuh.
10.
Asam pikrat dan asam anmat sering pula digunakan untuk
pengobatan luka-luka bakar. Mengapa?
Larutan
protein dapat digumpalkan atau diendapkan oleh pengaruh pemanasan, radiasi atau
pengaruh penambahan bahan kimia tertentu. Hanya beberapa protein saja yang
tidak dapat digumpalkan atau diendapkan dengan cara-cara tersebut di atas.
Reaksi penggumpalan atau pengendapan protein pada umumnya adalah reaksi
ireversibel.
Cara
kerja desinfektan dalam membunuh bakteri adalah berdasarkan reaksi ini, yaitu
protein bakteri akan digumpalkan oleh desinfektan tersebut sehingga bakteri
mati. Beberapa reaksi penggumpalan protein dalam tubuh pada keadaan normal
mutlak diperlukan, misalnya reaksi penggumpalan darah pada saat luka atau
reaksi penggumpalan kasein dalam lambung sebelum dicerna oleh pepsin
DAFTAR
PUSTAKA
Fessenden, R.J and Fessenden, J. S. 1989. Kimia Organik jilid II. Erlangga: Jakarta
Girindra, A. 1986. Biokimia I.
Gramedia, Jakarta.
Harper, et al. 1980. Biokimia(Review
of Physiologycal Chemistry). Edisi 17. EGC: Jakarta
Hart,H, 1987, KIMIA ORGANIK, alih bahasa: Sumanir Ahmadi, Erlangga, Jakarta
Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar
Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya. Erlangga, Jakarta
Muchtadi, D., Nurheni Sri Palupi,
dan Made Astawan. 1992. Metode kimia
biokimia dan biologi dalam evaluasi nilai gizi pangan olahan. Hal.: 5-28,
82-92, dan 119-121.
Ophart, C. E. 2003. Virtual Chembook.
Elmhurst college
Ridwan, S. 1990. Kimia Organik edisi I.
Binarupa Aksara: Jakarta
Routh, J.I, 1969, ESSENTIAL of GENERAL ORGANIC and BIOCHEMISTRY,
W.B.Sounders Company, Philadelphia
Wibowo, luqman. 2009. Deskripsi dan
macam-macam tingkatan struktur protein. Bandung
Winarno, F.G, 1997, KIMIA PANGAN dan GIZI, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
terimakasih saya izin untuk mengcopynya ke blog saya.
BalasHapushttp://blog-rye.blogspot.com
oke, sama-sama.
Hapus