LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOKIMIA
“IDENTIFIKASI LIPID/LEMAK”
“IDENTIFIKASI LIPID/LEMAK”

OLEH
Nama : Asima Rohana Sinaga
NPM : EG011008
Program Studi : Teknologi Industri Pertanian
Kelompok : II (dua)
Hari/jam : Jum’at/14.00 WIB
Tanggal : 14 Desember 2012
Nama Asisten : 1.Meiddi Rahmanto
2.Sukriyanto
DOSEN : Dra. Devi Silsia, M.Si
Objek Praktikum
: IDENTIFIKASI LIPID/LEMAK
LABORATORIUM
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
Lipid merupakan senyawa yang
banyak dijumpai di alam. Senyawa ini dapt diperoleh dengan jalan mengekstraksi
bahan-bahan alam baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan dengan pelarut non polar
seperti petroleum eter, benzena, kloroform, dan lain-lain. Dilihat dari strukturnya
senyawa lipid ini tidak larut dalam air. Senyawa lipid diberi nama berdasarkan sifat fisiknya ( kelarutan ) dari pada secara
struktur kimianya. Secara umum lipid dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu “lipid
sederhana” dan “lipid komplek”. Termasuk golongan lipid
sederhana adalah senyawa-senyawa yang tidak mempunyai gugus ester dan tidak
dapat dihidrolisis. Golongan ini meliputi steroid. Golongan lipid
komplek tersusun oleh senyawa-senyawa yang mempunyai gugus ester dan dapat
dihidrolisis. Golongan ini meiputi minyak, lemak,
dan lilin.
Lipid berasal dari kata Yunani yang berarti
lemak. Secara bahasa lipid merupakan lemak, sedangkan kalau dilihat dari
stukturnya, lipid merupakan senyawa trimester yang dibentuk dari senyawa
gliserol dan berbagai asam karboksilat rantai panjang. Jadi lemak disusun dari
dua jenis molekul yang lebih kecil yaitu gliserol dan asam lemak. Gliserol
adalah sejenis alkohol yang memiliki tiga karbon yang masing-masing mengandung
sebuah gugus hidroksil. Asam lemak memiliki kerangka karbon yang panjang,
umumnya 16 sampai 18 atom karbon, panjangnya salah satu ujung asam lemak itu
adalah kepala yang terdiri atas suatu gugus karboksil dan gugus fungsional yang
menyebabkan molekul ini disebut asam lemak, yang berikatan dengan gugus
karboksilat itu adalah hidrokarbon panjang yang disebut ekor.
Sifat dari lemak:
a) Hidrofobik (sulit untuk larut dalam air).
b) Hanya larut dalam larutan non-polar seperti klorofom, eter, dan
benzene.
c) 1 gram lemak menghasilkan 39.06 kjoule atau 9,3 kcal.
d) Lemak terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen.
Fungsi utama lemak: sebagai penyekat,
bantalan dan cadangan energi. Fungsi penyekat tampak jelas pada membran sel.
Seluruh sel mahluk hidup dibungkus oleh membran yang antara lain terdiri dari
molekul-molekul lemak yang tersusun sedemikian rupa sehingga isi sel terpisah
dari dunia luar. Fungsi penyekat tampak jelas pula pada sel-sel syaraf. Baik
sel syaraf maupun serat syaraf diliputi oleh sarung pembungkus yang disebut
MIELIN, yang terutama terdiri atas lemak. Fungsi sebagai bantalan tampak
misalnya pada jaringan bawah kulit, yang menebal ditempat-tempat tertentu dan
juga disekitar berbagai alat didalam rongga tubuh dan dibelakang bola mata.
Lemak juga merupakan bentuk cadangan energi bagi tubuh. Senyawa ini dibentuk
bila tubuh kelebihan makanan dan dipecah bila tubuh kekurangan energi. Secara
kasar tampak dalam bentuk perubahan berat badan atau dalam bentuk gemuk dan
kurus.
1.2
Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi
senyawa-senyawa lipid dan lemak secara kualitatif dan kuantitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lipida adalah senyawa organik yang tidak
larut dalam air tapi dapat diekstraksi dengan pelarut non polar seperti
khloroform, eter, benzena, alcohol, aseton, dan karbondisulfid. Lipid juga
merupakan kelompok senyawa beraneka ragam. Lemak dikenal merupakan salah satu
dari senyawa lipid. Adapun yang termasuk senyawa lipid antara lain kolesterol,
steroid, dan terpenoid.
Senyawa organik ini terdapat dalam semua sel
dan berfungsi sebagai :
1. Penyimpan energi dan transpor
2. Struktur membran
3. Kulit pelindung, komponen dinding sel
4. Penyampai kimia
Beberapa senyawa lipida mempunyai aktivitas
biologis yang sangat penting dalam tubuh, diantaranya vitamin dan hormon.
Ditinjau dari sudut nutrisi, lemak merupakan sumber kalori penting disamping
berperan sebagai pelarut berbagai vitamin.
a.
LipidTerhidrolisis
Lipid terhidrolisis merupakan ester dari gliserol dengan suatu asam
lemak atau asam fosfat yang mengikat etanolamin atau serin
b.
Steroid
Steroid merupakan senyawa turunan (derivat) lipid yang tidak
terhidrolisis. Senyawa yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol,
ergosterol, dan estrogen. Pada umumnya steroid berfungsi sebagai hormon.
Steroid mempunyai struktur inti. Perbedaan jenis steroid yang satu dengan
steroid yang lain terletak pada rantai samping (cabang) yang diikatnya.
c.
Terpenoid
Seperti halnya steroid, terpenoid juga merupakan derivat dari lipid.
Senyawa ini umumnya terdapat pada minyak atsiri, misalnya sitral (minyak
sereh), geraniol (minyak mawar), limonen (jeruk), dan juga sebagai vita¬min A.
Berikut ini beberapa contoh senyawa terpena.
Secara Kimia, Lemak terbagi tiga , yaitu:
1.
Lemak Sederhana
Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan alkohol, biasanya
berupa gliserol, serta menghasilkan asam lemak. Contoh yang paling banak
ditemukan adalah Triasilgliserol yang disebut juga Trigliserida (TG), yang
ditemukan antara lain dalam serum, dalam minyak kelapa dan dalam berbagai minya
lain yang berasal dari mahluk hidup. Yang dimaksud dengan minyak adalah lemak
yang dalam suhu ruang berada dalam bentuk cair , lemak yang dalam suhu ruang
masih berbentuk padat disebut lemak saja. Biasanya minyak berasal dari tumbuhan
dan lemak dari hewan. Konsistensi cair atau padat pada suhu ruang ini biasanya
ditentukan dari jumlah atom C yang menyusun asam lemak dari TG. Makin panjang
atom C, biasanya makin padat. Dilain pihak, makin banyak ikatan rangkap,
konsistensi semakin cair. Lemak yang banyak mengandung ikatan rangkap ini
disebut asam lemak essensial, yang harus ada dalam makanan. Lemak tumbuhan
berupa minyak karena jumlah atom C-nya lebih pendek dan ikatan rangkapnya
relatif lebih banyak.
2.
Lemak Majemuk
Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan
menghasilkan alkohol, asam lemak dan senyawa lain seperti fosfat, asam amino,
basa organik, sepert kolin atau betain. Umumnya lemak majemuk mengandung
listrik atau paling tidak mempunyai pengkutuban muatan dalam molekulnya,
sehingga menjadi lebih mudah berinteraksi dengan air. Lemak Majemuk ini ikut menyusun
membran sel dan juga selubung sel dan serat syaraf.
3.
Turunan Lemak
Yaitu berbagai senyawa yang diperoleh dari
hidrolisis atau pemecahan kedua jenis lemak terdahulu. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah Gliserol dan berbagai alkohol lain yang ikut menyusun
lemak, asam lemak, dengan ikatan rangkap (ikatan tak jenuh) dan asam lemak
tanpa ikatan rangkap (jenuh), kolesterol dan berbagai macam senyawa steroid
seperti hormon steroid (kortisol, prednison, estrogen, progesteron,
testosteron, dan aldosteron).
Meskipun bukan termasuk lemak, perlu juga diketahui bahwa
vitamin-vitamin A, D, E dan K sangat memerlukan lemak untuk dapat diserap dan
digunakan tubuh. Karena vitamin-vitamin ini tidak larut dalam air dan hanya
larut dalam lemak atau pelarut lemak.
Lipida dapat dikelompokkan menurut sifat
kimia dan sifat fisiknya. Bloor membagi lipida sebagai berikut:
1.
Lipida Sederhana
Kelompok ini disebut
juga homolipida yaitu suatu bentuk ester yang mengandung karbon, hydrogen, dan
oksigen. Jika dihidrolisis, lipida yang termasuk ini hanya menghasilkan asam
lemak dan alcohol. Lipida sederhana ini dapat dibagi kedalam tiga golongan,
yaitu:
a. Lemak, ester asam lemak dan gliserol
b. Lilin, ester asam lemak
2.
Lipida Majemuk
Kelompok ini berupa ester asam lemak dengan alcohol
yang mengandung gugus lain, contohnya fosfolipida, serebrosida (glikolipida),
sulfolipida, amino, lipida, dan lipoprotein.
3.
Derivat Lipida
Derivat lipida merupakan hasil hidrolisis
kelompok yang telah disebut terdahulu. Termasuk ke dalam golongan ini ialah
asam lemak, gliserol, steroid, alcohol, aldehida, dan keton.
Banyak lipida yang mempunyai sifat fisik
amfipatik. Istilah amfipatik yang semula digunakan oleh Hartley pada tahun
1936, memberikan turunan hidrokarbon yang mempunyai satu bagian (polar)
“bersimpati” dengan suasana air dan satu bagian hidrokarbon (hidrofobik) yang
tidak bersimpati dengan suasana air.
Asam lemak jarang terdapat bebas di alam
tetapi terdapat sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alcohol. Kita dapat
membuat beberapa penyamarataan mengenai asam lemak, walaupun ada perkecualian
seperti yang akan kita lihat.
1. Asam lemak pada umumnya adalah asam monokarboksilat berantai lurus.
2. Asam lemak pada umumnya mempunyai jumlah atom karbon genap.
3. Asam lemak dapat dijenuhkan atau dapat mempunyai satu atau lebih
ikatan rangkap
Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap, asam
lemak terbagi menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Hewan-hewan
tingkat yang lebih tinggi dapat mengadakan biosintesa asam-asam lemak jenuh dan
yang mono tak jenuh dari sumber-sumber lain seperti karbohidrat. Asam-asam
linoleat dan linolenat dan asam-asam lemak poli tak jenuh bertingkat lebih
tinggi tidak dapat dihasilkan pada hewan bertingkat lebih tinggi dan karena itu
diistilahkan asam lemak essensial.
Garam asam lemak biasanya disebut sabun. Daya
pembersih sabun bertumpu pada sifat amfipatrik molekul sabun. Dengan ion Ca++
dan Mg++ sabun dapat membentuk garam Ca
atau Mg yang mengendap. Oleh karena itu, apabila dalam air terdapat ion-ion
tersebut atau yang disebut air sadah. Sabun mempunyai sifat dapat menurunkan
tegangan permukaan air. Hal ini tampak
dari timbulnya busa apabila sabun dilarutkan dalam air dan diaduk.Asam lemak
tak jenuh mudah mengadakan reaksi pada ikatan rangkapnya. Dengan gas hidrogen
dan katalis Ni dapat terjadi reaksi hidrogenasi, yaitu pemecahan ikatan rangkap
menjadi ikatan tunggal. Proses hidrogenasi ini mempunyai arti penting karena
dapat mengubah asam lemak yang cair menjadi asam lemak padat. Ini adalah salah
satu proses pada pembuatan margarin dari minyak kepala sawit.
Lemak netral disebut juga asil gliserol atau
gliserida. Lemak ini merupakan komponen utama lemak simpanan pada sel-sel hewan
dan tumbuhan, terutama pada jaringan adipose vertebrata. Sifat-sifat fisik lemak
netral mencerminkan susunan asam lemak dari lemak. Sebagai dalil umum adalah
titik lebur suatu asam lemak berkurang dengan bertambahnya ketidakjenuhan dan
berkurangnya bobot molekulernya.
Lemak
hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak yang terkandung didalamnya
diukur dengan bilangan iodium. Bilangan iodium adalah banyaknya gram iodium
yang dapat bereaksi dengan 100 gram asam lemak. Jadi, makin banyak ikatan
rangkap, makin besar bilangan iodium.
Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai
menjadi asam lemak gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam,
basa, atau enzim tertentu. Proses hidrolisis yang menggunakan basa menghasilkan
gliserol dan garam asam lemak atau sabun. Oleh karena itu, proses hidrolisis
yang menggunakan basa disebut proses penyabunan.
Oksidasi asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida dan
selanjutnya akan terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan
rasa yang tak enak atau tengik. Kelembapan udara, cahaya, suhu tinggi dan
adanya bakteri perusak adalah factor-faktor yang menyebabkanterjadinya
ketengikan lemak.
·
Lilin adalah ester dari asam lemak berantai panjang dengan alcohol
monohidrat. Terdapat sebagai pelidung kulit dan bulu, pelindung daun danbuah,
atau sebagai sekresi insekta. Lilin tak larut dalam air.
·
Fosfolipida adalah suatu gliserida yang mengandung fosfor dalam bentuk
ester asam fosfat. Fosfolipida banyak terdapat pada bakteri, jaringan tumbuhan
dan hewan. Fosfolipida yang disebut fosfatidil kolin biasanya didapat pada
membran dan hanya sedikit sekali fosfolipida ini terdapat pada lemak simpanan.
·
Sfingolipida merupakan lipida yang tak mengandung gliserol amfipatik,
terutama berlimpah dalam jaringan otak dan syaraf. Lipida ini diturunkan dari
sfingosin. Sfingolipida yang paling berlimpah adalah sfingomyelin yang terdapat
dalam jaringan otak dan saraf dan dalam bagian lipida darah.
·
Terpena dan steroid adalah lipida yang tak dapat disaponifikasikan yang
berarti bahwa hidrolisis alkali tak menghasilkan sabun. Struktur umum yang
biasa bagi semua steroida adalah kerangka siklompentano perhidro penantren.
Steroid banyak terdapat di alam. Diantaranya dalam jumlah yang terbatas tetapi
mempunyai aktivitas biologis yang penting yaitu asam empedu, hormon seks betina
dan jantan, hormon korteks adreval dan beberapa racun steroid yang terdapat
dalam jumlah lebih banyak yakni golongan sterol. Contohnya kolesterol,
lanosterol, fitosterol, dan mikosterol.
BAB III
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan :
·
Tabung reaksi
·
Batang pengaduk
·
Pipet ukur 5 ml
·
Gelas ukur 50 ml
·
Gelas piala 250 ml
·
Rak tabung reaksi
·
Gelas piala 100
ml’pipet tetes
·
Penangas air
·
Kawat kasa
·
Penjepit tabung rekasi
·
Pipet ukur 10 ml
Bahan
yang digunakan :
·
Minyak kelapa
·
Minyak goreng’margarin
·
Gliserol
·
Khloroform
·
HCl
·
KOH
·
Aquades
·
Kertas lakmus
·
CCl4
·
Eter
·
I2
·
Etanol
·
Benzen
·
Asam oleat
3.2
Prosedur Kerja
Uji
Kelarutan
·
Sediakan 8 tabung
reaksi dan tempatkan dalam rak.
·
Ke dalam masing-masing
tabung reaksi dimasukkan kloroform, benzen, alkohol panas, alkohol dingin, asam
encer, alkali encer, dan air.
·
Selanjutnya kedalam
tiap-tiap tabung reaksi ditambahkan 4-5 tetes minyak kelapa.
·
Dengan ibu jari dan
gijoglah selama 1 menit.
·
Biarkan selama 5 menit.
·
Amati perubahan yang
terjadi dalam tabung reaksi.
·
Untuk percobann
selanjutnya sampel minyak kelapa dapat diganti dengan bahan yang lain.
Uji
Asam Basa
·
Celupkan kertas lakmus
kedalam bahan percobaan
·
Lihat perubahan yang
terjadi
Uji
Noda
·
Masukkan 2 ml campuran
alkohol eter kedalam tabung bersih dan tambahkan sedikit bahan percobaan ,
kemudian kocok kuat-kuat sampai semua bahan terlarut.
·
Teteskan campuran
tersebut pada kertas saring dan tulis dan biarkan pelarut menguap.
·
Lihat noda yang
terbentuk
·
Cuci nodanya dengan
air.
·
Keringkan kembali
kertasnya, dan perhatikan nodanya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Hasil
Pengamatan Uji Kelarutan
No
|
Pelarut
|
Jenis
Bahan yang Diuji
|
|||
Minyak
Sawit
|
Minyak
Kelapa
|
margarin
|
mentega
|
||
1
|
Eter
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
2
|
Kloroform
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
3
|
Benzen
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
4
|
Alkohol
panas
|
Larut
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
5
|
Alkohol
dingin
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
6
|
Asam
encer
|
Tidak
larut
|
Larut
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
7
|
Alkali
encer
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
Tidak
larut
|
8
|
air
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
Hasil
Pengamatan Uji Asam Basa
No
|
Bahan
percobaan
|
Asam
(pH < 7)
|
Basa
(pH > 7)
|
Netral
(pH =7)
|
1
|
Minyak
kelapa sawit
|
![]() |
-
|
-
|
2
|
Minyak
kelapa
|
![]() |
-
|
-
|
3
|
margarin
|
![]() |
-
|
-
|
4
|
mentega
|
![]() |
-
|
-
|
Hasil
pengamatan Uji Noda
No
|
Bahan
yang diuji
|
Noda
|
Setelah
Dicuci
|
||
Kertas
Saring
|
Kertas
Tulis
|
Kertas
Saring
|
Kertas
Tulis
|
||
1
|
Minyak
kelapa
|
Tidak
ada noda
|
Tidak
ada noda
|
Tidak
ada noda
|
Tidak
ada noda
|
2
|
Minyak
sawit
|
Tidak
ada noda
|
Ada
noda
|
Tidak
ada noda
|
Tidak
ada noda
|
3
|
Mentega
|
Ada
noda
|
Ada
noda
|
Ada
noda
|
Ada
noda
|
4
|
margarine
|
Ada
noda
|
Ada
noda
|
Ada
noda
|
Ada
noda
|
4.2
Pembahasan
Lipida pada umumnya tidak larut dalam air tetapi sedikit
larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti: eter,
kloroform, aseton, benzena atau pelarut non polar lainnya. Minyak dalam air
akan membentuk emulsi yang tidak stabil, karena bila dibiarkan kedua cairan
akan terpisah menjadi dua lapisan.
Dalam
praktikum identifikasi lemak ini pertama-tama dilakukan adalah uji kelarutan
dengan menggunakan bahn eter, kloroform, benzen, alkohol panas, alkohol dingin,
asam encer, alkali encer, dan air. Selanjutnya jenis-jenis bahan lipid atau
lemak yang akan diuji adalah minyak kelapa sawt, minyak kelapa, mentega dan
juga margarine. Dalam sampel atau lipd minyak kelapa sawit, lipid tersebut
larut pada pelarut organik yaitu : eter, kloroform, benzen, alakali encer. Namun tidak larut dalam
alkohol dingin, air, namun larut dalam alkohol panas.
Sedangkan
untuk jenis lipid minyak kelapa, tidak jauh berbeda dengan minyak kelapa sawit
sebelumnya, hanya terdapat perbedaan antara alkohol panas, alkohol dingin serta
air tidak dapat melarutkan minyak kelapa sawit. Selanjutnya untuk lipid
margarine, pada pelarut organik adalah larut semua, dan yang tidak larutnya
adalah alkohol panas, alkohol dingin, serta air. Sedangkan untuk margarine,
pelarut yang dapat melarutkan margarine adalah hanya eter, kloroform, dan
benzen. Sisanya adalah tidak dapat melarutkan margarine tersebut.
Selanjutnya
yaitu dilakukan uji pengamatan derajat keasaman atau kebasaan dari beberapa
sampel yang ditentukan. Sesuai dengan sampel sebelumnya yang digunakan adalah
minyak kelapa sawit, minyak kelapa, margarine, dan mentega. Dari semua sampel
tersebut dihasilkan semuanya adalah positif mengandung asam dengan pH <7
dengan ditandai dengan warna merah.
Dalam
identifikasi lipida atau lemak juga dilakukan pengamatan terhadap uji noda. Hal
ini adalah dimaksudkan agar kita dapat mengetahui ada atau tidaknya noda dlam
sampel lipid yang kita gunakan. Untuk sampel minyak kelapa uji noda jika menggunakan kertas saring tidak ada
noda, dengan kertas tulis pun tidak ada noda bahkan setelah dicuci pun tidak
ada noda juga. Lain halnya dengan minyak sawit yang hanya terdapat noda jika
dengan menggunakan ketas tulis. Untuk sampel mentega semuanya setelah dilakukan
pengujian terdapat noda. Sedangkan untuk sampel margarine, sama persis dengan
mentega yaitu terdapat noda maupun setelah kertasnya dicuci.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
·
Lipid larut dalam
pelarut organik yang bersifat nonpolar.
·
Lemak memiliki ikatan
tak jenuh, dan pada percobaan ini, margarine yang memiliki tingkat
ketidakjenuhan paling tinggi.
·
Minyak adalah suatu senyawa yang bersifat non
polar dan tidak larut pada pelarut polar
·
Minyak larut dalam senyawa non polar seperti
eter, dan benzen.
6.1
Saran
·
Asisten
hendaknya mengontrol kinerja masing – masing praktikan.
·
Praktikan
hendaknya memahami materi praktikum,
sebelum pelaksanaan praktikum.
·
Dalam pelaksanaan praktikum jumlah alat
diusahakan sesuai dengan jumlah kelompok praktikan agar tidak terjadi
pergantian alat dengan kelompok praktikan lainnya untuk hasil yang lebih
detail, tepat dan akurat.
PERTANYAAN DAN DISKUSI
Apakah
perbendaan antara kelarutan lemak dan minyak?
Lemak adalah suatu gliserida dan merupakan suatu ester. Apabila
ester ini bereaksi dengan basa maka akan terjadi saponifikasi yaitu proses
terbentuknya sabun dengan residu gliserol. Sabun dalam air akan bersifat basa.
Sabun ( R COONa atau R COOK ) mempunyai bagian yang bersifat hidrofil (- COO -)
dan bagian yang bersifat hidrofob (R – atau alkil). Bagian karboksil menuju air
dan menghasilkan buih (kecuali pada air sadah), sedangkan alkil (R -) menjauhi
air dan membelah molekul atau kotoran (flok) menjadi partikel yang lebih kecil
sehingga air mudah membentuk emulsi atau suatu lapisan film dengan kotoran. Air
adalah senyawa polar sedangkan minyak adalah senyawa non polar, jadi keduanya
sukar bercampur oleh karena itu emulsinya mudah pecah. Minyak adalah Kelarutannya
dalam air yang sangat kecil dengan densitas yang rendah mengakibatkan minyak
sukar mengendap. Adanya penambahan koagulan dengan kandungan alkali (basicity)
akan mengendapkan karboksilat dengan hasil samping busa.
Pelarut
mana yang terbaik untuk lemak?
Eter.
Pelarut
mana yang terbaik untuk minyak?
Benzen.
Apa
perbedaan alkohol panas dan alkohol dingin ?
Perbedaanya
adalah persen dari alkohol tersebut.
Apa
bedanya margarine dan mentega?
Margarine adalah
lemak nabati yang berasal dari tumbuhan sedangkan lemak mentega adalah lemak
hewani yang berasal dari hewan.
Apa
yang menyebabkan kertas saring atau kertas tulis menjadi semi transparan?
Karena sampel
yang digunan mengandung lipid atau lemak.
Apa
beda noda lemak/minyak dengan noda gliserol mengapa demikian?
Perbedaanya
adalah pada stuktur dan kepekatannya, hal tersebut dikarenakan srtuktur dari
keduanya berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden
& fessenden edisi ke-3. 1982. Kimia
Organik Jilid II: Lipid dan Produk Alam yang berhubungan (hal 407).
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Lechninger,
A.L. 1982. Dasar-dasar Biokimia.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Mathens, C.
K,et. 2000. Biochemistry. third
edition. Addison-Wesley Publishing Company. San Fransisco.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia: Lipid (hal 51).
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
LAPORAN SEMENTARA
Hasil
Pengamatan Uji Kelarutan
No
|
Pelarut
|
Jenis
Bahan yang Diuji
|
|||
Minyak
Sawit
|
Minyak
Kelapa
|
margarin
|
mentega
|
||
1
|
Eter
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
2
|
Kloroform
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
3
|
Benzen
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
4
|
Alkohol
panas
|
Larut
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
5
|
Alkohol
dingin
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
6
|
Asam
encer
|
Tidak
larut
|
Larut
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
7
|
Alkali
encer
|
Larut
|
Larut
|
Larut
|
Tidak
larut
|
8
|
air
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
Tidak
larut
|
Hasil
Pengamatan Uji Asam Basa
No
|
Bahan
percobaan
|
Asam
(pH < 7)
|
Basa
(pH > 7)
|
Netral
(pH =7)
|
1
|
Minyak
kelapa sawit
|
![]() |
-
|
-
|
2
|
Minyak
kelapa
|
![]() |
-
|
-
|
3
|
margarin
|
![]() |
-
|
-
|
4
|
mentega
|
![]() |
-
|
-
|
Hasil
pengamatan Uji Noda
No
|
Bahan
yang diuji
|
Noda
|
Setelah
Dicuci
|
||
Kertas
Saring
|
Kertas
Tulis
|
Kertas
Saring
|
Kertas
Tulis
|
||
1
|
Minyak
kelapa
|
Tidak
ada noda
|
Tidak
ada noda
|
Tidak
ada noda
|
Tidak
ada noda
|
2
|
Minyak
sawit
|
Tidak
ada noda
|
Ada
noda
|
Tidak
ada noda
|
Tidak
ada noda
|
3
|
Mentega
|
Ada
noda
|
Ada
noda
|
Ada
noda
|
Ada
noda
|
4
|
margarine
|
Ada
noda
|
Ada
noda
|
Ada
noda
|
Ada
noda
|
Bengkulu,
14 Desember 2012
Co-Ass
Sukriyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar